Jihad Dalam Agama Islam
Pengertian dan Definisi Jihad Menurut Ajaran Islam - Jihad secara bahasa berarti mengerahkan segala upaya dan kemampuan, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Definisi jihad secara syariat yang paling komperehensif diutarakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah :
"Jihad adalah mengerahkan segala upaya demi mencapai kebenaran yang diinginkan.”
Di tempat lain, beliau mengatakan :
“Hakikat jihad adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapai hal-hal yang diridhai oleh Allah seperti iman dan amal saleh, sekaligus untuk menolak hal-hal yang dibenci-Nya seperti kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.”
Definisi tersebut mencakup semua jenis jihad yang dapat dilakukan seorang muslim. Mencakup usaha kerasnya dalam menaati Allah, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Termasuk juga usahanya dalam mengajak orang lain muslim atau kafir untuk menaati Allah, usahanya dalam memerangi orang kafir untuk meninggikan kalimat Allah, dan sebagainya. Sebuah upaya dikatakan sebagai jihad jika memenuhi syarat, yaitu dilakukan ‘di jalan Allah’. Oleh karena itu, segala upaya yang dilakukan tidak di jalan Allah Ta’ala, maka tidak bisa dikatakan sebagai jihad.
Keutamaan Jihad di Jalan Allah Ada banyak dalil yang menerangkan keutamaan jihad di jalan Allah, diantaranya :
1) Jihad di jalan Allah adalah bisnis yang menguntungkan.
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ
وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا
[بِبَيْعِكُمُ الَّذِيبَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}[التوبة: 111.
“Sesungguhnya Allah telah (berjanji untuk) membeli dari orang-orang mukmin, jiwa dan harta mereka dengan (menganugerahkan) surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah. Mereka membunuh dan dibunuh. (Itu telah menjadi) janji atas diri-Nya (sehingga) menjadi janji yang benar, (yang tertulis) di Taurat, Injil, dan Al-Quran. Siapakah yang lebih menepati janji selain Allah?? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu! Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 111)
2) Besarnya pahala mereka yang bertahan dan berjaga-jaga di wilayah perbatasan, untuk menghadang serangan musuh.
Diriwayatkan dari Salman, Rasulullah saw. bersabda :
رِباطُ يومٍ وليلةٍ خيرٌ من صيامِ شهرٍ وقيامِهِ، وإن ماتَ جرَى عليه عملُهُ الذي كان
يعملُه وأُجري عليه رزقُه، وأَمِنَ الفُتَّان.
“Berjaga-jaga di wilayah perbatasan sehari semalam, lebih baik daripada qiyamul lail dan puasa selama sebulan. Jika dia mati (dalam kondisi demikian), pahala amalnya itu dan rezekinya akan dialirkan kepadanya. Dan dia terjaga dari fitnah (huru hara).”
3) Keutamaan berjaga-jaga (dari serangan musuh) di jalan Allah.
عَنْ أبَيِ رَيْحَانَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ
حُرِّمتِ النارُ عَلَى عَيْنٍ دمَعتْ أو بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ، وحُرِّمتِ النارُ عَلَى عَيْنٍ سَهِرتْ فِي
سَبِيْلِ اللهِ
Diriwayatkan dari Abu Raihanah : Aku mendengar Rasulullah bersabda,
“Api neraka tidak akan menyentuh mata yang meneteskan air mata atau menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang terjaga (begadang) di jalan Allah.”
عَن ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: عَيْنانِ لا تَمَسُّهُما النارُ
عينٌ بكَتْ من خشْيةِ اللهِ، وعينٌ باتَتْ تَحرُس في سبيلِ اللهِ
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda,
“Dua mata yang tak akan disentuh api neraka: mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan yang terjaga di jalan Allah.”
4) Keutamaan jihad tidak tertandingi.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ فَقَالَ: دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يَعْدِلُ الجهادَ؟ قال:
لا أجِدُه], قال: هَلْ تَسْتَطِيْعُ إِذَا خَرَجَ المُجَاهِدُ أَنْ تَدْخُلَ مَسْجِدَكَ فَتَقُوْمَ وَلَا تَفْتُرَ وتَصُومَ]
ولا تُفْطِرَ؟» قال: وَمَنْ يَسْتَطِيْعُ ذلِكَ؟
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya,
“Tunjukkan kepadaku amalan yang setara dengan jihad!” Rasulullah menjawab, “Tidak ada. Ketika seorang mujahid keluar (untuk berjuang), sanggupkah kamu terus menerus shalat, terus menerus berpuasa? Siapa yang sanggup melakukan itu semua?”
Tingkatan-tingkatan Jihad Dalam Islam
Jihad memiliki empat tingkatan: jihad melawan nafsu (diri sendiri), jihad menghadapi setan, jihad melawan orang-orang kafir dan munafik, serta jihad memberantas kezaliman, bid’ah, dan kemungkaran.
Tingkatan pertama: Jihad melawan nafsu
Jihad melawan nafsu memiliki empat tingkatan:
- Jihad melawan nafsu untuk belajar ilmu-ilmu agama.
- Jihad melawan nafsu untuk mengamalkan apa yang telah dipelajari.
- Jihad melawan nafsu mendakwakan ilmu tersebut dengan penuh hikmah dan mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya.
- Jihad melawan nafsu untuk tetap bersabar dalam mengemban tugas berat berdakwah kepada Allah dan bersabar dari gangguan orang lain. Dan menghadapi semua itu semata-mata karena Allah swt.
Tingkatan kedua: Jihad melawan setan
Jihad melawan setan memiliki dua tingkatan:
- Jihad melawan syubhat dan keraguan yang membahayakan iman yang dihembuskan oleh setan.
- Jihad melawan syahwat dan keinginan buruk yang dibisikkan oleh setan.
Jihad melawan setan tingkatan yang pertama dilakukan setelah mantapnya keyakinan, sedangkan jihad yang kedua dilaksanakan setelah adanya kesabaran. Allah swt. Berfirman :
“Dan kami telah menjadikan di antara mereka (Bani Israil) teladan-teladan yang memberi petunjuk (kepada masyarakat berdasar) perintah kami, (dan Kami menjadikan mereka demikian) ketika (yakni karena) mereka bersabar. Sejak dulu mereka yakin dengan ayat-ayat kami.” (QS. As-Sajdah: 24)
Dan setan adalah musuh yang paling jahat. Allah swt. berfirman :
“Setan adalah musuh kalian. Maka jadikanlah dia musuh! Dia mengajak golongannya hanyalah agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fatir: 6)
Tingkatan ketiga: Jihad melawan orang kafir dan munafik.
Jihad ini memiliki empat tingkatan: hati, lisan, harta, dan tangan (kekuatan). Jihad melawan orang kafir lebih banyak menggunakan tangan, dan jihad melawan orang munafik lebih banyak menggunakan lisan.
Tingkatan keempat: Jihad memberantas kezaliman, ketidakadilan, bid’ah, dan kemungkaran.
Jihad ini memiliki tiga tingkatan:
- Jihad dengan tangan (kekuatan), jika seorang mujahid mempunyai kemampuan untuk itu.
- Jika tidak mampu dengan tangan, maka jihad dilakukan dengan lisan.
- Jika masih merasa tidak mampu, maka cukup berjihad dengan hati (dengan mengingkari). Diriwayatkan dari Abu Sa’id, Rasulullah bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ منكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ؛ وَذَلِكَ
أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ.
“Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tangannya (kekuatan). Jika tak sanggup, cegahlah dengan lisan. Jika masih tak sanggup, maka cukup dengan hati. Yang terakhir ini adalah selemah-lemahnya iman.”
Itulah tiga belas tingkatan jihad. Orang yang paling sempurna dalam pandangan Allah adalah yang sanggup melakukan semua tingkatan jihad tersebut. Manusia berbeda-beda derajatnya di sisi Allah sesuai dengan tingkatan jihad mereka. Jihad dalam Al-Quran dan Hadis Kata jihad dengan berbagai derivasinya terulang sebanyak tiga puluh satu kali di dalam al-Quran. Sementara kata harb (perang), hanya terulang empat kali. Dan jika kita perhatikan, makna jihad dalam al-Quran dan Hadis lebih luas dan lebih umum dari sekedar perang. Jika perang bermakna
“Berhadap-hadapan dengan bersenjata”,
Maka jihad bermakna,
“mengerahkan segala upaya untuk menghadapi musuh”
Baik musuh tersebut adalah manusia yang lalim maupun sesosok setan, seorang mukmin wajib menghadapinya. Sekalipun jika musuh itu adalah dirinya sendiri, yang menganggap perbuatan buruk menjadi tampak baik. Sebagaimana beragamnya definisi jihad, beragam pula caranya. Ada jihad dengan jiwa, harta, ucapan dalam arti dengan argumen atau dengan al-Quran. Semua itu dalam konteks menjelaskan Islam dan mendakwahkannya kepada masyarakat. Semua jenis dan makna jihad di atas, disebutkan dalam al-Quran dan Sunnah. Dari sekian makna itu, salah satu yang tercantum dalam al-Quran adalah perintah Allah swt. kepada Nabi saw :
“Janganlah engkau, wahai Muhammad, mengikuti (hawa nafsu) orang-orang kafir. Berjihadlah menghadapi mereka dengan al-Quran, dengan jihad yang besar.” (QS. Al-Furqan: 52)
Bahkan Nabi saw. mengistilahkan jihad menghadapi hawa nafsu dan setan dengan jihad yang terbesar, sebagai perbandingan dengan jihad kecil, yaitu berjihad di medan perang. Di antara hadis yang menjelaskan hal tersebut adalah sabda Nabi saw,
أفضلُ الجهادِ أنْ يُجاهِدَ الرجلُ نفسَه وَهَوَاهُ.
“Jihad yang paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu.”
المُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْــسَهُ.
“Mujahid adalah orang yang berjihad melawan dirinya sendiri.”
جَاهِـدُوا أَهْوَاءَكم كما تُجاهِدُونَ أعــداءَكم.
“Berjihadlah melawan hawa nafsu kalian seperti kalian menghadapi musuh.”
Kita harus mengetahui bahwa jihad dengan jiwa atau harta (seperti perang atau ikut militer misalnya) disyaratkan dalam al-Quran harus di jalan Allah, dan dengan tujuan untuk meninggikan kalimat Allah. Di antara hal yang harus diikuti agar kita tetap berada di dalam aturan Islam, adalah selalu mengaitkan jihad dengan cita-cita kemanusiaan yang tinggi. Salah satu hal yang harus diperhatikan, bahwa jihad dalam falsafah Islam bukan untuk ekspansi, penjajahan, menguasai kekayaan alam pihak lain, menindas dan merendahkan bangsa lain, atau tujuan materialistis lainnya yang memicu timbulnya peperangan di peradaban besar dari zaman dulu hingga sekarang. Dan kata ‘jihad’, meskipun mengandung banyak kemungkinan makna selain perang – seperti tersebut di atas, namun makna perang adalah yang paling masyhur dan banyak digunakan.
0 Response to "Jihad Dalam Agama Islam"
Post a Comment