Etika Bersenda gurau
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti melakukan senda gurau entah itu terhadap teman maupun terhadap keluarga. Sesungguhnya tertawa dan bersenda-gurau itu sesuatu yang diperbolehkan di dalam Islam, sebagaimana dinyatakan oleh nash-nash qauliyah maupun sikap dan perilaku Rasulullah SAW serta perilaku para sahabat.
Berbagai jenis permainan dan hiburan juga dapat berfungsi untuk menumbuhkan semangat jiwa, sehingga dapat menjalani kehidupan didunia ini dalam menempuh perjuangan yang panjang
Senda gurau mungkin ibarat makanan sehari-hari bagi sebagian orang, terutama mereka yang suka humor/ humoris. Tidak jarang senda gurau yang mereka lontarkan menyentuh hal-hal yang tidak baik, tetapi sekali lagi mereka tetap mendapatkan tawa dari semua itu, entah apapun bahan senda gurau. Karena itu Rasulullah SAW sabda tentang etika bersenda gurau :
“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai serta paling dekat denganku pada hari kiamat nanti adalah orang yang paling bagus akhlaknya. Sesungguhnya orang yang paling aku benci di antara kalian serta paling jauh dariku pada hari kiamat adalah orang yang cerewet, bermulut besar dan mutafaiqihun. ”
Para sahabat bertanya,
"Wahai Rasulullah, kami sudah tahu apa itu cerewet dan bermulut besar, tapi apakah itu mutafaiqihun?"
Beliau menjawab, ” Orang-orang yang sombong.” (HR. At-Tirmidzi)
Rasulullah SAW melakukan senda gurau untuk sebuah maslahat, yaitu menyenangkan hati lawan bicara dan beramah tamah dengannya.
“Sesungguhnya aku juga bercanda namun aku tidak berkata kecuali yang benar.” (HR. Ath-Thabrani)
Rasulullah s.a.w. bergaul dengan semua orang. beliau s.a.w menerima hamba, orang buta, dan anak-anak. Rasulullah s.a.w. bergurau dengan anak kecil, bermain-main dengan mereka, bersenda gurau dengan orang tua. Akan tetapi Rasulullah s.a.w. tidak berkata kecuali yang benar saja.Suatu hari seorang perempuan datang kepada beliau lalu berkata :
“Ya Rasulullah! Naikkan saya ke atas unta”, katanya.“Aku akan naikkan engkau ke atas anak unta”,
kata Rasulullah s.a.w.
“Ia tidak mampu”,
kata perempuan itu.
“Tidak, aku akan naikkan engkau ke atas anak unta”.”Ia tidak mampu”.
Para sahabat yang berada di situ berkata,
“Bukankah unta itu juga anak unta?”
Seorang perempuan lain berkata kepada Rasulullah s.a.w.:
“Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah s.w.t. agar aku dimasukkan ke dalam syurga”. “Wahai ummi fulan, syurga tidak dimasuki oleh orang tua”.
Perempuan itu lalu menangis.
Rasulullah s.a.w. menjelaskan,
“Tidakkah kamu membaca firman Allah s.w.t. ini:“Serta kami telah menciptakan isteri-isteri mereka dengan ciptaan istimewa, serta kami jadikan mereka senantiasa perawan (yang tidak pernah disentuh), yang tetap mencintai jodohnya, serta yang sebaya umurnya”.
Tapi mesti ingat bahwa banyak tertawa akan mematikan hati. Dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin karangan Imam Ghazali, beliau menulis :
“Asalnya senda gurau itu tercela dan terlarang, kecuali sekadar sedikit yang dapat dikecualikan daripadanya.”
Ini berdasarkan hadis Rasulullah S.A.W.:
Maksudnya: “Jangan engkau berbantahan dan bergurau dengan saudaramu!”
Lebih lanjut Imam Ghazali menulis:
“Adapun berlebih-lebihan ketika bergurau, maka akan menyebabkan banyak tertawa. Dan banyak tertawa itu mematikan hati dan mewarisi kedengkian pada setengah keadaan. Dan menjatuhkan kehebatan diri dan kemuliaan. Dan apa yang terlepas dari hal-hal tersebut, maka tidak tercela"
Rasulullah SAW bersabda:
“Hendaklah kamu jujur. Sesungguhnya kejujuran menunjuk kepada kebaikan. Dan kebaikan menunjuk kepada syurga. Seorang lelaki terus jujur dan mencari kejujuran sehinggalah dia dicatatkan di sisi Allah sebagai seorang yang sangat jujur. Berwaspadalah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta menunjuk kepada kejahatan. Dan kejahatan menunjuk kepada neraka. Seorang lelaki terus berdusta dan mencari pendustaan sehingga dia dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang sangat berdusta”
Semoga postingan ini bermanfaat. Terima Kasih
0 Response to "Etika Bersenda gurau"
Post a Comment